Kelas yang kaku
Kelas yang membosankan
Beberapa mahasiswa ngantuk berat, pemaparan seorang dosen panjang lebar soal materi pelajaran dengan segala macam teori dan dalilnya benar-benar membosankan, ia terus saja bercerita tanpa peduli mahasiswa mengerti atau tidak, jam demi jam adalah pelajaran yang harus dihabiskan dengan bicara, mencatat, dan menyalin isi buku, tak menggairahkan sama sekali.
Di kelas, mahasiswa kewalaan menghadapi proses mengajar yang otoriter dan kaku, tak banyak ruang diskusi, waktu demi waktu dihabiskan mendengar dan mendengar, tak ada analisis soal masa depan yang akan buruk, dan cerita-cerita seru ala anak milenial.
Dosen miskin pengalaman
Kita tidak bisa menyalahkan dosennya, toh dosen juga manusia biasa dan ia menjelaskan masalah berdasarkan pengalamannya, jadi sederhana saja mungkin ia cukup berpengalaman jadi pencatat, orator, pemburu IPK barangkali, bukan pendongeng yang menggairahkan ketika bercerita.
Sebagian dosen mungkin adalah orang-orang yang kaya teori, mantan mahasiswa teladan, pemburu IPK lebih dari tiga koma lima, datang ke kampus tepat waktu, fokus kuliah saja, tak pernah neko-neko, namun miskin pengalaman.
Dosen, Guru ataupun Pengajar haruslah menggairahkan kelas dan menghidupkan diskursus yang memantik cara berpikir mahasiswa, bicara tentang kuliah sambil kerja, membahasa soal aktivis kampus, berbagi pengalaman jadi pengajar paruh waktu mungkin, bicara bagaimana nikmatnya jadi peneliti sosial yang saban pagi ke pasar, merangsang mahasiswa terlibat menjadi manusia dalam masyarakat.
Tapi sering kali kita rasakan malah hal sebaliknya, kelas jadi lomba pacu lari kejar nilai, setiap hari dijejali teori, kuis, latihan soal, dan intimidasi soal IPK yang jadi syarat kelulusan, kelas telah kehilangan porsinya jadi tempat mendidik manusia, maka jangan heran jika banyak sekali mahasiswa kuper setelah lulus, bingung cari kerja, yang punya IPK tinggi tak mau kerja sembarangan, rombongan kaum realistis mendewakan kerja tetap yang ada pensiunnya, tak ada yang berani mau masuk kampung-kampung pinggiran, tak mau mau kerja di hutan belantara, beternak dan bertani itu kerja kotor, begitu kata mereka.
Manusia berubah
Beberapa pekan kemaren kita melihat sebuah video di social media, seorang guru melakukan tos pada setiap siswanya yang akan masuk kelas, ia hafal semua cara tos setiap siswanya, satu persatu ia ladeni sampai selesai, seperti seorang teman.
Ilmu pengetahuan dan kebudayaan telah berkembang terlalu pesat melebihi ekspektasi manusia, maka memiliki pengalaman yang kaya sangatlah penting agar tidak jadi dosen yang kaku, dan kuper. Kita tidak bisa memaksakan metode mengajar yang dulu kita pelajari, kemudian kita terapkan sekarang, manusia telah berubah diluar dugaan kita, terus update, dan terus menggali pengalaman. Mahasiswa terus berubah dan dosen harus lebih berpengalaman.
Komentar
Posting Komentar